Bienvenue ! I'm happy visits my blog, and I hope for the next visiting.. Merci d'avance :)

. visitor number .

. about me .

this is me . just an ordinary girl . I was born with an amazing name, Ayunda Sri Wahyuningrum and Alhamdulillah had a good condition until now.. please call me Ayunda, Ayu, Ayyayy, Ayy or whatever that it is proper for me to hear.. may be only it that I can describe to you.. no more.. just wanna say, nice to know you all.. :)

. . .

. . .

Twitter icon

My Tweets

Loading..

. followers .

Monday, August 22, 2011

tugas 'artikel' (about education)

pas semester 1 kan gue disuruh buat artikel tentang "Permasalahan Pendidikan di Indonesia" , biar artikel yang udah capek-capek gue buat ini gak musnah-musnah amat , mending gue posting aje kali yaaaaa.....







Bangsaku Bangkitlah dengan Pendidikanmu



Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain diharapkan membuat kita menjadi lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kita. Masalah pendidikan di Indonesia ini terlalu kompleks karena Indonesia sendiri negara yang luas dengan ketimpangan sosial yang tinggi. Ini memanglah memerlukan waktu yang lama untuk melakukan perubahan. Namun dengan langkah yang pasti maka yakinlah bahwa kita dapat mengubah pendidikan di sini menuju yang lebih baik apabila kita mau.

Ketika peninjauan akan pendidikan itu dilakukan, maka telah tampak bahwa kemerosotan pendidikan di Indonesia sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kualitas pendidikan di Indonesia telah menurun. Kita merasakan adanya ketertinggalan pada mutu pendidikan di berbagai jenjang, baik pendidikan formal maupun informal. Hasil inilah yang kita simpulkan setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Maka dari situlah, penyediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa terhambat. Salah satu makna yang dapat kita yakini sebenarnya bahwa pendidikan merupakan penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia itu yang tidak kalah saing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia, baik formal maupun informal, sehingga dikatakan atau dinilai rendah. Kendala-kendala itu mulai dari masalah-masalah umum seperti efektivitas pendidikan di Indonesia, efisiensi pengajaran, dan standardisasi pendidikan.

Efektivitas pendidikan di Indonesia berkali-kali disampaikan memang sangat rendah. Salah satu penyebabnya karena tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan sehingga peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan dan tidak memiliki gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Inilah masalah terpenting jika kita menginginkan suatu efektivitas pengajaran. 

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia seperti mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar dan sebagainya menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia, yang mana juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Selain itu, jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, maka standardisasi pengajaranlah yang kita ambil, di mana tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang diambil. Dunia pendidikan yang terus berubah, secara otomatis kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pun terus-menerus berubah apalagi di dalam dunia modern dalam era globalisasi sehingga kompetensi-kompetensi tersebut dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.

Adapun permasalahan khusus yang muncul yaitu tentang masalah kurikulum, mahalnya biaya pendidikan, kerusakan fasilitas sekolah, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,  dan sebagainya.

Seperti yang telah kita ketahui, buruknya kualitas pendidikan di Indonesia diasumsikan dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya seperti yang tercantum dalam pasal 39 UU No 20/2003. Banyak juga orang menjadi guru karena mereka tidak diterima di jurusan yang mereka inginkan atau karena masalah kekurangan dana. Hal ini memunculkan perbedaan yang sangat nyata bahwa orang-orang yang sudah sejak dulu didedikasikan sebagai guru itu tentunya lebih berpengalaman mengajar murid-murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan ketimbang mereka yang hanya sebagai guru-guru dengan terpaksa. Padahal nyatanya, tenaga pengajar itu memberikan andil yang sangat besar untuk kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Namun beberapa aspek yang masih belum terselesaikan bahwa kualitas guru dan pengajar yang rendah tersebut juga dipengaruhi karena masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

Untuk sarana fisik, misalnya banyak sekali gedung-gedung sekolah dan perguruan tinggi kita yang rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar yang rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai, dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium, dan sebagainya.

Terang saja bahwa salah satu masalah dalam rendahnya kualitas sarana fisik, seperti kerusakan bangunan pendidikan jelas akan mempengaruhi kualitas pendidikan karena secara psikologis seorang anak akan merasa tidak nyaman belajar pada kondisi ruangan yang hampir roboh.

Masalah rendahnya prestasi siswa juga menimbulkan suatu titik masalah dalam pendidikan di Indonesia. Rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru bisa dikatakan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi siswa yang tidak memuaskan. Sebagai contoh dalam pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional yang sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003/2004, siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga terdekat.

Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari metari bacaan dan mereka ternyata mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran, dikarenakan mereka sangat terbiasa menghapal dan mengerjakan soal pilihan ganda dalam proses belajar mereka.

Mengenai masalah biaya pendidikan, ada yang menyimpulkan bahwa pendidikan bermutu itu mahal. Mahalnya biaya pendidikan tersebut dari bangku Taman Kanak-kanak (TK) sampai ke Perguruan Tinggi membuat orang-orang miskin tidak memiliki pilihan selain menyerah untuk tidak bersekolah sehingga banyak sekali yang berpendapat tentang orang miskin itu tidak boleh sekolah. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah.

Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah, yang ditulis oleh Eko Prasetyo, tergolong salah satu buku yang bertujuan untuk memprovokasi pembaca agar lebih kritis menyikapi masalah pendidikan. Ada yang mengungkapkan bahwa buku ini sebenarnya terbagi menjadi enam bagian yang didalamnya berisikan sebuah kondisi nyata akan pendidikan yang sudah tidak lagi layak untuk mencerdaskan seluruh anak bangsa.

Bagian pertama, yaitu “Yang Pintar Yang Kaya” berbicara bahwa kondisi pendidikan ini secara umum tidaklah adil yang mana hanya membuat masyarakat Indonesia menjadi semakin miskin. Masyarakat Indonesia yang mayoritas sudah miskin ditambah lagi dengan penyiksaan dalam bentuk pendidikan yang mereka terima. Selain itu, pada bagian ini juga dituliskan tentang tuntutan pendidikan harus murah kepada pemerintah. Tuntutan ini dikarenakan melihat pendidikan yang hanya mampu dinikmati oleh golongan menengah ke atas sedangkan untuk para keluarga yang miskin dan keluarga prasejahtera tidak dapat menikmati pendidikan tersebut, baik pendidikan dasar, menengah, ataupun pendidikan tinggi.

Bagian kedua, “Sekolah di Bawah Kekuasaan Modal” menceritakan tentang bagaimana merosotnya suatu kualitas pendidikan yang dipengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah yang hampir menyamakan lembaga pendidikan dengan lembaga keuangan. Penyamaan tersebut berakibat lembaga pendidikan semakin bergantung dengan kepentingan pengusaha di mana kekuasaan pengusaha tersebut hanyalah mencari keuntungan.

Bagian ketiga menceritakan tentang diskriminasi pemerintah terhadap pendidikan dalam hal penggajian guru. Akibatnya, kekerasan dalam dunia pendidikan sering bermunculan sehingga kehormatan guru pun semakin menurun di mata masyarakat.

Bagian keempat membahas tentang output yang diperoleh dari lembaga pendidikan kini. Hasil output yang tidak sesuai dengan kondisi dan kultural bangsa Indonesia malah berakibat tingginya jumlah pengangguran, ataupun jikalau mereka yang terlibat telah mendapatkan pekerjaan akan menjadi sosok pejabat atau pekerja yang selalu membodohi rakyatnya.

Bagian kelima berbicara sebuah tuntutan penulis kepada pemerintah dan lembaga pendidikan berupa pendidikan yang murah. Penulis tidak hanya memberi dan menjabarkan tuntutan itu, namun juga memberikan solusinya untuk dapat merealisasikan tuntutan tersebut.

Bagian terakhir berisikan sebuah epilog tentang pendidikan di mana penulis juga menyimpulkan tulisannya dan ia juga menyertai suatu strategi melawan kondisi sekolah yang mahal dan berusaha menciptakan sekolah idaman untuk masa depan.

Mungkin inilah referensi untuk kita sebagai para penerus bangsa walaupun baru beberapa kendala yang tertuang atau terlampiaskan melalui sebuah buku ini. Inilah kondisi riil atau kondisi nyata sebuah pendidikan nasional kita yang sudah semakin terpuruk dan sangat sulit untuk bangkit dari keterpurukan itu jika tak ada perhatian sedikitpun dari semua elemen bangsa Indonesia ini.

Dari berbagai permasalahan di atas, secara garis besar beberapa solusi yang dapat diberikan adalah dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, di mana seperti yang kita tahu bahwa sistem pendidikan sangatlah berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

Selain itu berupa solusi teknis, yang mana menyangkut hal-hal teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan, layaknya sesegera mungkin menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Sebagai contoh dalam masalah rendahnya kualitas guru, selain diberikan solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Contoh lain dalam rendahnya prestasi siswa, bisa diajukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan yang menjadi sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

Mari kita mulai berbuat yang terbaik untuk pendidikan kita, jangan menuntut orang lain berbuat baik, tetapi mari kita mulai dari diri kita sendiri, mempersembahkan segala sesuatunya dari hal-hal kecil yang berkualitas untuk menunjang masa depan Indonesia kita saat ini melalui para generasi bangsa.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ini tentu tidaklah hanya sebatas yang tersampaikan di atas. Masih banyak penyebab mengapa kualitas pendidikan kita rendah atau menurun. Apabila kita menggalinya lagi lebih fokus, maka dapat kita temukan banyak permasalahan yang terurai sehingga saya berharap ketika kita mengetahui permasalahan-permasalahan tersebut, kita dapat menyadari dan memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia itu menjadi lebih baik lagi.

Di samping itu, sepertinya bahan ini dapat dijadikan sebagai sumbangsih dalam menigkatkan kualitas pendidikan kita di Indonesia bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai acuan para guru dalam mengajar agar peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik di masa yang akan datang, dan dapat dijadikan sebagai bahan belajar para mahasiswa dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya, serta meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.

Bangsa yang besar hanya dapat dibangun oleh masyarakat yang bermental besar. Mental yang besar itulah yang dapat kita peroleh melalui pendidikan. Pendidikanlah yang membangun mental besar tersebut. Di lain hal, rasa nasionalisme di Indonesia juga perlu ditingkatkan. Banyak sekali kasus yang bisa kita lihat sendiri, siswa-siswa di Indonesia yang berhasil mendapatkan medali emas dari pertandingan mengenai fisika, lalu di manakah siswa itu sekarang ? Apakah dia telah lari dari Indonesia menuju negara luar yang menyediakan beasiswa dan mempersiapkan masa depannya yang matang ? Apabila hal demikian itu benar, berarti Indonesia telah kehilangan salah satu penerus gemilang bukan ? Maka inilah salah satunya yang meyebabkan Indonesia kini semakin terpuruk.


Bangsaku, bangkitlah dengan pendidikanmu, agar kita menjadi singa yang siap mengaung ke seluruh dunia, bukan seperti kambing yang selalu malu menunjukan dirinya.



~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

walaupun artikel gue ini acak-acakan dan jauh banget dari sempurna , tapiiiii yaaa biarin aja deh yaa , ini artikel kenang-kenangan gue . lagipula udah gue kumpulin juga ni artikel .. thanks bu Murni Winarsih , matkul Pengantar Ilmu Pendidikan gue dapat nilai A dari beliau .. dan sepertinya juga yang gue tau , katanya bu Wiwin ini ngasih nilainya agak-agak sambil merem kayaknya , soalnya semuanya dikasih nilai A .. hehehe

No comments:

Post a Comment

. status .

octobre, l'arc en ciel, wow!!

. my shoutbox .

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

. translate .